Diperkirakan letusan dengan awan panas guguran masih berpotensi terjadi dalam hari-hari ke depan, demikian keterangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, PVMBG.
"Masih sangat berpotensi akan terjadi lagi awan panas guguran, maka kami masih mengimbau masyarakat tidak memasuki (kawasan jangkauan) awan panasnya," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung dari PVMBG, Armen Putra kepada Wartawan Sebagaimana di kutib BBC Indonesia, Heyder Affan, Minggu (05/10) siang.
Menurutnya, sampai pukul 12.00 WIB sudah terjadi sebanyak lima kali letusan ditambah abu vulkanik setinggi 3.000 meter yang terlihat dengan jelas.
Keterangan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB, menyebutkan, letusan pertama terjadi pukul 01.46 WIB, Minggu (05/10) dini hari.
Letusan pertama ini disusul adanya awan panas guguran dengan jarak luncur sejauh 4.500 meter ke arah selatan, demikian keterangan tertulis BNPB.
"Adapun abu vulkanisnya setinggi 2.000 meter dan lama erupsi 263 detik," kata juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Meletus beberapa kali
Sekitar lima jam kemudian, Gunung Sinabung meletus kembali untuk kedua kalinya disertai awan panas guguran. Hal seperti ini terulang kembali pukul 07.36 WIB, 07.53 WIB serta sekali lagi beberapa jam kemudian.
Sebelum meletus pada 29 Agustus 2010 lalu, gunung Sinabung dikenal tidak aktif selama 400 tahun.
Semenjak letusan akhir Agustus 2010 itu, gunung ini meletus beberapa kali, termasuk salah-satu letusan terbesar pada awal September 2010. Sejauh ini tercatat 17 orang tewas akibat dampak letusannya.
Data BNPB menyebutkan, di awal letusan Gunung Sibanung, pemerintah harus mengungsikan sekitar 20.000 penduduk yang tinggal di sekitar Gunung Sinabung di Kabupaten Karo dan Langkat Sumatera Utara.
Sejumlah laporan menyebutkan, saat ini pengungsi yang bertahan di lokasi pengungsian tersisa sekitar 1.500 orang, sementara lainnya memilih mengungsi ke tempat lainnnya yang dianggap aman.
Posting Komentar